Sabtu, 12 Mei 2012


Wagio
SOSOK
Panas terik matahari yang seakan menusuk-nusuk kedalam kulit dan asap di jalan bagaikan bau parfum yang menyesakkan nafas tidak sedikitpun menggoyahkan pak Wagio yang berusia 51tahun ini. Dengan berbekal sebotol air putih pak Wagio Berjalan tak kurang dari 60kg/hari hanya untuk menjajakan dagangannya yaitu mainan alat music yang terbuat dari Bambu (kerajinan bamboo).
Berasal dari Gunung kidul pak Wagio tega meninggalkan istri dan kedua anaknya yang sekarang ini selalu menanti secercah keberkahan yang akan pak Wagio berikan kepada keluarganya, sekarang pak Wagio mencari sesuap nasi rela menempuh perjalan yang cukup jauh dan membutuhkan tenaga yang extra, apa lagi dengan beban yang ada dipundaknya memikul dagangan mengikuti kaki melangkah.
Sudah 20 tahun tahun pak Wagio menjalani kehidupan seperti ini, tak ada rasa lelah terlihat wajahnya tetapi dimatanya tampak kelihatan betapa banyaknya tanggunan yang sedang dihadapinya. “Awalnya berdagang kerajinan ini diawali dengan kula’an mengambil dengan orang lain lalu dijual kembali tetapi sekarang saya membuat sendiri”,ujar pak Wagio. Selain berjualan Wagio punya kesenangan saat merawat burung Daranya sebagai hiburan disaat hati sepi.
Banyaknya alat music yang modern sekarang ini akan cepat sekali mengusik akan keberadaan alat musuk tradisional yang seperti yang dibuat oleh pak Wagio. Selayaknya hidup sebagai manusia pengalaman pahit pun sempat dirasakan oleh Wagio sewaktu menjajakan dagangannya di Mallioboro lalu dagangannya ditabrak oleh mobil dan berserakanlah semuanya dijalan lalu mobil itu langsung pergi begitu saja.
Namun semuanya hanya bias diambil maknanya atas semua kejadian itu, semua kejadian yang ada didunia ini pasti ada maknanya,ujar wagio. Serta harapan kedepannnya menurut bapak yang gemar dengan burung dara ialah semoga dapat menyekolahkan semua anaknya dan kepada pemerintah agar dapat selalu memperhatikan rakyat dulu jangan selalu memikirkan diri sendiri,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar