Wagio
SOSOK
Panas terik matahari
yang seakan menusuk-nusuk kedalam kulit dan asap di jalan bagaikan
bau parfum yang menyesakkan nafas tidak sedikitpun menggoyahkan pak
Wagio yang berusia 51tahun ini. Dengan berbekal sebotol air putih pak
Wagio Berjalan tak kurang dari 60kg/hari hanya untuk menjajakan
dagangannya yaitu mainan alat music yang terbuat dari Bambu
(kerajinan bamboo).
Berasal
dari Gunung kidul pak Wagio tega meninggalkan istri dan kedua anaknya
yang sekarang ini selalu menanti secercah keberkahan yang akan pak
Wagio berikan kepada keluarganya, sekarang pak Wagio mencari sesuap
nasi rela menempuh perjalan yang cukup jauh dan membutuhkan tenaga
yang extra, apa lagi dengan beban yang ada dipundaknya memikul
dagangan mengikuti kaki melangkah.
Sudah
20 tahun tahun pak Wagio menjalani kehidupan seperti ini, tak ada
rasa lelah terlihat wajahnya tetapi dimatanya tampak kelihatan betapa
banyaknya tanggunan yang sedang dihadapinya. “Awalnya berdagang
kerajinan ini diawali dengan kula’an mengambil dengan orang lain
lalu dijual kembali tetapi sekarang saya membuat sendiri”,ujar pak
Wagio. Selain berjualan Wagio punya kesenangan saat merawat burung
Daranya sebagai hiburan disaat hati sepi.
Banyaknya alat music
yang modern sekarang ini akan cepat sekali mengusik akan keberadaan
alat musuk tradisional yang seperti yang dibuat oleh pak Wagio.
Selayaknya hidup sebagai manusia pengalaman pahit pun sempat
dirasakan oleh Wagio sewaktu menjajakan dagangannya di Mallioboro
lalu dagangannya ditabrak oleh mobil dan berserakanlah semuanya
dijalan lalu mobil itu langsung pergi begitu saja.
Namun semuanya hanya
bias diambil maknanya atas semua kejadian itu, semua kejadian yang
ada didunia ini pasti ada maknanya,ujar wagio. Serta harapan
kedepannnya menurut bapak yang gemar dengan burung dara ialah semoga
dapat menyekolahkan semua anaknya dan kepada pemerintah agar dapat
selalu memperhatikan rakyat dulu jangan selalu memikirkan diri
sendiri,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar